Materi Ajar
Kelas : IV
Tema : Berbagai Pekerjaan
Subtema : Pekerjaan Orangtua ku
Pembelajaran : 6
Muatan Pelajaran : Bahasa Indonesia, PPKn
Hari/Tanggal : Senin, 17 Oktober 2022
(Pembukaan 15 Menit)
Assalamualaikum...
Apa kabarnya anak sholih dan sholiha ?
semoga kita semua selalu sehat dan dalam lindungan Allah
Waa sudah hari senin lagi...
Yuk ah kita semangat buat belajar hari ini.
Dan biar lebih semangat, awali hari ini dg sarapan terus dilanjut shalat dhuha dan Murojaah yaa...
Selamaaaatt belajar..
Pada pertemuan sebelumnya anak Sholeh Sholehah sudah belajar tentang kegiatan ekonomi dari suatu pekerjaan, nah hari ini kita akan melanjutkan pembelajaran kita ya..
(Apersepsi)
Ada kalanya mereka berpisah, terbawa oleh pasang surut, kembali ke laut bebas. Namun, suatu hari mereka bertemu lagi dan bermain bersama lagi. Suasana di hutan bakau tentu berbeda dengan suasana di laut lepas. Airnya pun berbeda. Tidak asin seperti air laut, tetapi tidak juga tawar. Kupi tidak tahu apa namanya. Berbeda, tetapi Kupi dan teman-teman tetap bisa bermain dengan nyaman.
Malam itu, di pesisir pantai, Kupi bertanya pada ayahnya. “Ayah, mengapa kita tidak lagi pernah bisa bertemu dengan Bangau Putih, teman ayah? Aku juga sudah rindu bertemu dengan sahabat-sahabat kecilku. Aku sudah lama sekali tidak bertemu dengan Upi, Kuro, Bangau Cilik, dan Momo. Mengapa sekarang susah sekali kita bertemu dengan mereka ya?”
Sambil berjalan pelan di gundukan pasir, ayah kepiting menjelaskan perlahan. “Kupi, sayang sekali hutan bakau tempatmu bermain sudah rusak. Ayah dengar dari Paman Nelayan, manusia di pesisir pantai sana ingin membuat bangunan-bangunan yang tinggi menjulang. Butuh lahan yang lebih luas. Oleh karenanya mereka menebang habis hutan bakau. Mereka bangun gedung tinggi menjulang ke langit di atas taman bermainmu dulu.” Ayah menjelaskan perlahan. Sesungguhnya ia tidak ingin Kupi sedih. Tetapi bagaimana lagi? Ayah tidak ingin Kupi terus menanti tanpa pasti.
Kupi tertunduk sedih. Pupus sudah harapannya bertemu lagi dengan sahabat- sahabat kecilnya.
“Mengapa manusia begitu jahat, ayah? Mengapa manusia tidak memikirkan kita, makhluk kecil di pesisir pantai? Mengapa manusia hanya memikirkan dirinya sendiri?” Kupi meratap pelan, namun penuh amarah.
Ayah ingin menenangkan hati Kupi. Ia menambahkan, “Sebenarnya, ketika hutan bakau tempatmu bermain ditebang, manusia pun menerima akibat buruknya, Kupi. Air laut akan semakin mudah mencapai daratan. Tidak ada lagi pohon bakau yang menahan. Lama-kelamaan, air tanah di sekitar pantai akan menjadi air asin. Manusia ‘kan tidak bisa minum air asin, Kupi.” Ayah berusaha menjelaskan panjang lebar.
Ayah kemudian menambahkan, “Dengan rusaknya pantai akibat penebangan bakau, kegiatan manusia pun menjadi terganggu. Sekarang wisatawan yang berkunjung ke pantai ini semakin berkurang. Para pedagang yang dulu berjualan di sekitar sini tidak ada lagi. Pemandu wisata yang biasa menjelaskan tentang keindahan pantai dan hijaunya bakau pun sudah jarang terlihat. Nelayan yang biasa menjual hasil tangkapan mereka pun tinggal sedikit.”
Kupi tidak terhibur oleh penjelasan ayah. Pikirnya, biarkan saja manusia menerima akibat dari perbuatannya sendiri. Manusia memang sering tidak bijak. Kupi hanya ingin berdoa, dan berdoa semoga suatu saat nanti hutan bakau akan kembali. Semoga suatu saat nanti ada lagi taman tempatnya bermain. Semoga suatu saat nanti ia masih bisa bertemu dengan sahabat-sahabat kecilnya. Kupi hanya bisa berdoa, semoga kelak manusia bisa bertindak lebih bijaksana. Semoga!
Apakah pada cerita Taman Bermain yang Hilang kamu menemukan sikap-sikap yang baik dan sikap yang kurang baik. Yuk sama-sama kita baca tabel dibawah ini.
Sikap yang baik | Sikap yang tidak baik |
---|---|
|
|
Tugas
Apakah kamu sering menemukan sikap yang baik dan sikap yang tidak baik di sekitarmu?
Bagaimana pembelajaran hari ini? Menyenangkan bukan?
Semoga anak Sholeh Sholehah 4 selalu semangat ya nak.. (Refleksi)
bu guru akhiri,
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
(Penutup 15 Menit)
No comments:
Post a Comment